Merujuk pada siklus bisnis properti di Indonesia dari tahun 1996 hingga 2014, sektor ini diprediksi masih booming. Investasi properti dinilai cerah karena faktor pertumbuhan ekonomi di Indonesia relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.
"Indonesia seolah tidak terpengaruh krisis ekonomi yang tengah terjadi di Eropa dan Amerika. Bahkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 6,5 % lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya mencapai 4,4 %," kata Alvin Kurniawan, Business Development PT Bangun Properti Indonesia di Jakarta, Rabu (9/5/2012).
Alvin mengatakan, bisnis properti diminati karena nilainya tidak pernah surut. Dari sisi inflasi, properti tidak akan terpengaruh begitu juga dengan sisi bunga bank pengaryhnya rendah. Seperti pada 2012 ini, lanjutnya, pengaruh inflasi stabil kurang dari 6 %, suku bunga SBI stabil, serta suku bunga untuk KPR turun.
"Kondisi ekonomi kita baik, maka bila dibandingkan investasi di bidang lainnya, resiko berbisnis properti masih rendah," ujarnya.
Ia menambahkan, faktor lainnya yang membuat investasi properti di Indonesia masih solid adalah kepercayaan orang-orang kaya di Indonesia lebih percaya berinvestasi pada properti daripada uang bentuk rupiah.
"Apalagi, harga properti disini masih murah di kawasan Asia, tetapi tingkat pengembaliannya tertinggi," katanya.